Tetapi, di luar itu semua juga terdapat lebih banyak sekali perubahan positif terutama untuk aspek pembangunan infrastruktur serta kebijakan ekonomi jangka panjang.
Hal itu disampaikan oleh Lembaga Markplus Center Public Services (MCPS) pada sebuah acara diskusi yang diadakan di Tower A Eighty Eight, Kota Kasablanka, Jakarta Selatan. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa panelis yang sudah mengenal dengan sangat dekat mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Ir. H. Joko Widodo |
"Saat ini kita masuk dalam posisi 16 besar negara dengan ekonomi paling berkembang di dunia, dan pada tahun 2030 Indonesia bisa masuk tujuh negara dengan ekonomi terbesar di dunia bila pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Mustoha.
Indonesia menduduki Rank 7 Dunia |
Adapun dampak positif lainnya diungkapkan oleh Dirut PT Garuda Indonesia yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Indonesia Marketeers Association (IMA) periode 2015-2017, Arif Wibowo.
Arif menilai kalau Indonesia sejak dipimpin oleh Presiden Jokowi jauh lebih kompetitif dan mampu untuk berdaya saing jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Hal tersebut terlihat dari Global Competitiveness Index yang melompat dari posisi 74 langsung ke posisi 20.
Indonesia Rank 20 dunia |
Dampak positif lainnya dapat terlihat dari usaha pemerintah dalam menumbuhkan usaha kecil menengah dan menyusutkan persentase bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai dari angka 22 persen hingga 12 persen dan bakal diperkecil lagi sampai 9 persen pada tahun-tahun berikutnya.
Tetapi, Arif juga meminta untuk pemerintahan melalui Kementerian Perhubungan RI guna meningkatkan fasilitas infrastruktur di 230 bandar udara yang terdapat di Indonesia. Pasalnya, sekitar 70 persen dari total banda udara tersebut masih saja mengandalkan visual landing.
"Dampaknya rotasi pesawat menjadi pendek sehingga membebankan maskapai penerbangan yang mengantri untuk lepas landas atau mendarat, dan di sebagian besar lokasi pariwisata unggulan belum bisa dilandasi oleh pesawat tipe 737 dan 720," tambahnya.
Sedangkan untuk Vice President Director, PT Toyota Astra Motor, Suparno Djasmin memberikan pujian untuk Presiden Jokowi yang sudah berani menghentikan lebih dari Rp 200 triliun subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tak tepat sasaran dan telah membelenggu Indonesia selama ini.
Bahan Bakar Minyak |
Ia juga menilai kalau banyak sekali proyek-proyek infrastruktur yang mangkrak pada era sebelum Jokowi telah dilanjutkan kembali sehingga ekonomi domestik dapat berkembang dan berbagai implementasi kebijakan di daerah sangatlah terasa.
"Dari kacamata seorang marketing, sosok Jokowi tidak hanya menimbulkan persepsi masyarakat saja, tapi value of goverment benar terasa langsung oleh masyarakat, berbagai pembangunan infrastruktur nanti akan sangat terasa pada tahun 2017 dan 2018," lanjutnya.
Bukan hanya itu saja, panelis lainnya, Managing Director Siloam Hospitals Group, Dr. Anang Prayudi mengungkapkan dua hal yang fundamental dan disentuh oleh Presiden Jokowi pada waktu terpilih dalam pemilu Presiden 2014 silam merupakan Pendidikan dan Kesehatan.
"Kalau kita bicara kesehatan, tantangannya sangat luar biasa, industri kesehatan di South East Asia sifatnya fast growing meski penetrasinya rendah, padahal pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat tinggi, jadi kebutuhan akan layanan kesehatan juga akan terus meningkat," kata Anang.
Kesehatan |
"Masih harus ada sinkronisasi antara peraturan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah," ungkap Anang.
Acara pertemuan diskusi itu juga turuh dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo sebagai keynote speaker. Pada sambutannya, Tjahjo menilai kalau pemerintahan Jokowi telah dalam track yang sudah sangat benar, walau mungkin ada banyak hal yang harus diperbaiki.
Tjahjo Kumolo |
Tjahjo mengatakan kalau pemerintah baru saja mulai berjalan sepenuhnya pada akhir Februari 2015 silam pada waktu APBN disahkan oleh DPR, sehingga pada bulan Maret, proyek sudah jalan dan April pembangunan infrastruktur bisa mulai berjalan juga.
"Untungnya keterlambatan pengesahan anggaran itu dibantu dengan kebijakan penghilangan subsidi BBM, jadi beban ekonomi Indonesia lebih ringan," katanya.
0 comments:
Post a Comment